Tulisan ini akan cuba membuka wawasan kita lebih luas lagi, terutama tentang apa dan bagaimana yahudi,
agar kita dapat menakar dan mengukur seperti apa sebenarnya kekuatan
`lawan`. Dan tentunya kita jadi tahu tindakan seperti apa yang perlu
kita lakukan. Setidaknya perlu kita pikirkan.
1. Motivasi Agama
Yahudi bersatu dan bekerjasama untuk
mendirikan Israel, semata-mata karena mereka taat pada agama mereka.
Walau agama mereka dalam pandangan Islam sudah tidak berlaku, selain
karena sudah expired, juga isinya adalah hasil karangan para rahib dan
pendeta mereka, bukan sesuatu yang original dari Allah SWT.
Namun harus kita akui semangat mereka
membangun Israel ditambah semua kekuatan ekonomi dan lobi politik,
semata-mata karena mereka ingin menjalankan kewajiban agama mereka.
Karena mereka taat menjalankan agama, maka mereka melakukan semua ini.
Sebaliknya kita umat Islam, kebanyakan
menghadapi yahudi bukan dengan semangat agama Islam, melainkan dengan
semangat nasionalisme sempit, atau sekedar motif-motif yang terlalu
rapuh.
Maka kita bisa lihat bagaimana satu
persatu perlawanan negara Arab runtuh ketika berhadapan dengan realiti
kekuatan yahudi.
2. Yahudi Sudah Bersiap Sejak Ratusan Tahun Lalu
Satu hal yang perlu kita pelajari secara saksama, yahudi dengan akar-akarnya bukanlah fenomena
yang baru saja terjadi di hari ini. Yahudi sudah bekerja keras sejak
ratusan tahun yang lalu. Bahkan boleh dibilang ribuan tahun lalu.
Mereka siang malam diam-diam melakukan
kerja tanpa lelah, turun temurun semangat membangun Israel dilaungkan
pada tiap generasi. Boleh dibilang, tidak ada bayi yahudi lahir ke dunia
kecuali di dalam darah dan dagingnya punya satu tujuan, yaitu
mendirikan Israel, memperjuangkan kepentingan kaum mereka dan
mengerjakannya dengan sepenuh dedikasi dan semangat.
Bank dunia sudah mereka dirikan jauh sebelum Israel mereka proklamasikan. Perusahaan-perusahaan raksasa yang menguasai aset-aset dunia, mulai dari perusahaan minyak sampai makanan, sudah mereka dirikan jauh sebelum bendera Israel berkibar.
Semua itu menandakan satu hal, yaitu
perjuangan yahudi adalah perjuangan yang diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya.
Agak berbeda dengan kita kaum muslimin,
dimana remaja-remaja banyak yang tidak tahu menahu urusan membangun
umat, apalagi menegakkan daulah atau khilafah.
Israel berdiri tahun 1948, tapi sejak
tahun 1895 theodore Hertzl di Eropa sudah mulai memprovokasi bangsa itu
untuk mendukung berdirinya negara Israel.
3. Yahudi Bersatu Meski Berbeda
Kita akui bahwa di dalam tubuh umat yahudi ada begitu banyak kelompok, sebagaimana Al-Quran menyebutkan :
Kamu kira mereka itu bersatu,
sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena
sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti. (QS. al-Hasyr : 14)
Namun ketika bicara dengan lawannya
seperti kita umat Islam, yahudi tetap punya ikatan batin yang kuat.
Mereka pada gilirannya bisa meredam sementara perpecahan di dalam
internal mereka, kalau sudah berhadapan dengan umat Islam.
Ini yang perlu kita pelajari dari yahudi musuh kita. Bagaimana dengan jumlah yang hanya 15 jutaan saja di seluruh dunia, mereka mampu bersatu.
Sementara kita umat Islam yang dengan
bangga mengatakan diri telah berjumlah 1,7billion, rasanya masih jauh
untuk bersatu.
Kita masih mendengar caci maki dan
tudiangan sesat yang ditujukan ke hidung saudara kita sendiri. Kadang
masalahnya remeh, tapi jadi urusan besar dan berat sekali, bahkan
kafir-mengkafir sesama kita.
Sementara yahudi dengan santai menjalin ukhuwah di antara mereka tanpa isu yang mengakibatkan lumpuhnya kekuatan.
Dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu
menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal : 46)
4. Yahudi Menguasai Ekonomi Dunia
Sebagian umat Islam bersemangat tinggi untuk membentuk khilafah Islamiyah, sebagaimana
selama 14 abad ini kita pernah memilikinya.
Cuma ketika kita tanya, apa saja yang
sudah kalian persiapkan untuk terbentuknya khilafah itu, semuanya hanya
diam. Sebab yang terpikir di benak mereka, cukup dengan kata-kata retorik
menegakkan khilafah, tiba-tiba esok harinya khilafah sudah terwujud.
Salah satu sendi sebuah khilafah,
bahkan sebuah negara, dan dalam ruang lingkup yang lebih kecil lagi,
sebuah organisasi, masalah kekuatan ekonomi menjadi sesuatu yang sangat
penting.
Dan salah satu kelemahan paling
asas umat Islam adalah masalah ekonomi. Jangankan
memiliki, sedangkan untuk sekedar mengatasi rasa lapar saja, jutaan
umat Islam di beberapa pelosok dunia masih menggantungkan harapan dari
belas kasihan orang lain.
Di sebalik kita dianugerahkan Allah banyak
kekayaan alam yang potensi untuk dimajukankan sebagai salah satu
tunggak ekonomi umat. Tapi sayangnya, tidak satu pun yang bisa
dinikmati umat Islam. Sebab kebanyakan aset-aset itu sudah digadaikan
kepada orang asing, dimana keuntungannya kalau ada, masuk ke dalam perut dan akaun pemimpin.Sedangkan perusahaan-perusahaan yahudi dunia menerusi globalisasi, telah mendapatkan hak untuk mengeksploitasi hampir semua kekayaan di dunia ini.
Para Usahawan yahudi ini bekerjasama saling membantu untuk mengumpulkan dana yang tidak sedikit, untuk membantu kempen para presiden di seluruh dunia. Ketika presiden
itu menang, maka imbuhan yang diperoleh yahudi puluhan bahkan
ratusan kali lebih besar dari modal yang sebelumnya mereka benamkan.
Sementara umat Islam, jangankah
menguasai aset di negerinya sendiri, untuk mengadakan sesuatu kebajikan pun harus mengedarkan proposal ke sana kemari,
minta-minta sponsor dan sumbangan dana.
Jadi bagaimana mau menegakkan khilafah kalau
untuk mendirikan sekolah saja tidak mampu? Bagaimana hendak menegakkan daulah kalau
membiayai hidup jamaah saja harus mengemis?
Orang-orang yahudi tidak sekedar
berhenti pada retorika ketika mereka menyatkan ingin membangun Israel.
Mereka bersungguh-sungguh kesana kemari kepada keturunan yahudi di
dunia, bahwa mereka harus mendirikan negara Israel.Tapi level
kerja mereka begitu sistematis. Mereka dirikan begitu banyak perusahaan
multi nasional yang menguasai hajat hidup orang banyak, sebagai
penopang dan tiang penyangga negara impian mereka.
Untuk mendirikan `khilafah` yahudi
yaitu negara Israel, para konglomerat yahudi membangun basis perusahaan
kelas muliti nasional. Ada banyak keuntungan yang mereka peroleh dari
sekian banyak perusahaan, selain masalah keuntungan secara finansial.
Misalnya, mereka bisa atur biar semua
penguasa dunia bertekuk lutut dan mencium kaki mereka. Para
penguasa dunia itu akan memohon-mohon kepada para konglemerat yahudi
agar perusahaan multi nasional itu mau mendirikan cabang di negara
masing-masing.
Sedangkan kita umat Muhammad saling menyalahkan sesama
kaum muslimin. Tapi sambil menyalahkan, kita tetap saja berpangku
tangan, tidak bekerja, tidak mendirikan perusahaan multi-national,
tidak menggarap apa-apa. Kekayaan alam kita tetap saja diangkut ke luar
sana untuk kepentingan yahudi.Ekonomi umat dalam taraf pemikiran
kita, sekedar berjualan dengan MLM, atau jualan minyak wangi, buku,
madu, habbah sauda`
Disamping itu, faktor kebergantungan umat
Islam kepada produk yahudi membuat umat Islam tidak berpikir untuk
bersikap kreatif memproduksi, tetapi cenderung membeli dari yahudi.
Sikap seperti ini pada gilirannya
membuat ketergantungan umat Islam pada `musuhnya` semakin besar.
Padahal barang itu barang yang sangat sederhana, cuma paku yang bahan
bakunya berlimpah di negeri kita. Tapi kita telah diarahkan untuk
selalu menjadi konsumen yang konsumeris. Kita masih mengagungkan barangan luar negara berbanding keluaran muslim dan tempatan
Umat Islam, Bill Gates dan Rupert Murdoch (Yahudi)
Selain memiliki jaringan pengusaha
kelas dunia yang kekayaannya berlimpah, dalam rangka membangun negara
Israel, orang-orang yahudi sedunia memastikan bahwa dunia harus
100% benar-benar dikuasai. Dengan kekuatan ini, yahudi bisa mempengaruhi pemikiran 6,5
billion manusia di atas bumi sesuai dengan selera dan keinginan mereka.
Lepas dari keyahudiannya, yang
menggelitik kita adalah sebuah pertanyaan, lalu dimana kita sebagai
umat Islam dibandingkan prestasi yang diraih oleh yahudi satu ini?
Adakah di kalangan umat Islam yang bisa menyamai prestasinya? Atau
minimal kepintarannya dalam ilmu komputer sekaligus mengelola bisnis?
Yang terjadi kita malah jadi pembeli
produk microsoft. Bahkan bergantung 100% dari windows dan officenya. Kalau ada orang yang hari ini memiliki
media massa paling banyak dan paling besar, maka semua orang sepakat
bahwa orang itu adalah Rupert Murdoch. Dia adalah salah satu putera
dari 15 juta bangsa yahudi di dunia yang menjadi raja media
massa.
Maka kita harus memotivasi anak-anak
kita biar jadi orang yang genius, lebih bijak dari Bill Gates dan Murdoch.
Sekaligus mengerti cara mengelola bisnis, lebih hebat dari cara yang
dilakukan oleh mereka .Dan kalau perlu, harus jadi orang yang kaya
melebihi kekayaannya.Agar dapat memajukan agama Islam dan umatnya, keluar dari jurang nestapa dan kancah kehancurannya.
No comments:
Post a Comment